Tahun 2015, Maret, Gunung Merbabu adalah gunung pertama yang kupilih
setelah ke Rinjani Agustus tahun 2014 lalu. Gunung yang masuk dreamlistku
no.156 di My Dream Book yg kutulis di Lembang Bandung bareng temanku itu.
Temanku yang akhirnya menjadi partnerku mencoret dreamlist ini. Coret! Done!
Makasi ya?
Gunung Merbabu termasuk gunung yang memiliki banyak jalur pendakian,
aku bersama tim memutuskan lewat jalur tertua dan paling sulit yaitu jalur Kopeng
Thekelan. Hey! Dua pekan setelah naik Merbabu via Thekelan ini acara TV My Trip My Adventure nyiarin perjalanan
tim MTMA naik Merbabu via Kopeng Thekelan juga. Ish kok gak ketemu ya? Mereka
naiknya kapan sih? Sudah lupakan.
Jalur pendakian Gunung Merbabu selain Kopeng Thekelan ada juga jalur
Kopeng Cunthel, jalur Wekas, Selo. Kalo
Jalur Wekas dekat dengan Jalur Kopeng Thekelan, kalo jalur Selo adalah jalur
yng view-nya paling keren n amazing, karena di jalur inilah kita bisa melihat
bukit bukit khas Merbabu dan sabana Merbabu. Jalur Selo adalah jalur paling
ramai yg dipilih oleh para pendaki Merbabu. Sementara jalur Thekelan jalur
paling purba alias paling tua adalah jalur paling sulit. Karena banyak bebatuan
terjal yang harus kita lalui, merayap ke atas, bahkan ada yang harus pake tali webbing
untuk menjaga keamanan diri sendiri.
Ciri atau struktur tipe gunung Merbabu tidak seperti gunung lainnya
yang ada satu puncak utama, kalo di Merbabu ada 7 puncak dengan 3 puncak utama
yang sama, yaitu puncak Kentheng Songo, Puncak Pemancar, dan puncak Syarif.
Perjalanan via Kopeng Thekelan yang dipilih timku: biaya regristasi Rp
15.000/orang
BASECAMP KOPENG THEKELAN
-
Pos pending: peristirahatan pertama kami adalah
di pos pending, tersedia sumber air bersih yg sudah ada krannya di pos pending
ini. Airnya seger banget men! Langsung slurup aja dah masukin botol. Setelah
puas minum air, perjalanan berlanjut, waktu keberangkatan kalo tidak salah
waktu tu jam 4 sore, nyampek di pos pending uda agak gelap. Melanjutkan
perjalanan dari pos pending trek sudah agak terjal, tentu sudah malam,
pendakian malam wkatu itu kami disuguhi pemandangan kerlap kerlip lampu kota
Salatiga yang masih terlihat dan terdengar suara adzan. Menuju pos 1.
-
Pos 1 Gumuk: dari Pos Pending ke pos 1 butuh 1
jam. Perjalanan dari pos 1 ke pos 2 Lempong Sampan juga butuh 1 jam perjalanan,
kita akan keluar dari hutan dan melewati alam terbuka, di alam terbuka ini kita
juga melewati hamparan pohon mati yang cantik buat foto2 hehe,
Hutan Mati Merbabu
-
Pos 2 Lempong Sampan – Pos 3 Watu Gubuk: di pos inilah timku melakukan sholat jamak magrib
& Isya’, hmmmuda dingin banget men.
Jangan Lupa Sholat meski kita sedang naik gunung ya broo
-
Pos 4 Pemancar. Karena uda malam kami memutuskan
untuk ngecamp di sebuah tempat agak landau, waktu tu jam menunjukkan pukul 11
malam. Ah ngantuk banget. Besok paginya melanjutkan perjalanan lagi, dari
tempat ngecamp tadi kami sampai ke pos pemancarsekitar 30 menit.
Karena waktu yang mepet, Timku memutuskan hanya ke Puncak Kentheng Songo saja, tidak ke Puncak Syarif. umtuk menuju ke puncak Syarif atau Kentheng Songo kita harus melewati Jembatan Setan dulu, kemaren aku dan timku pake tali webbing biar aman.
Jembatan Setan, sisi kiri itu udah jurang dah...
Pemandangan naik turun
bukit menuju puncak Kentheng Songo keren, namun semua itu berkahir dengan zonk.
Lagi lagi Negara Kabut menyerang, jadi dalam perjalanan kali ini setiap kali
kabut agak menghilang aku dan teman2 pasti berhenti untuk nyempetin poto dulu.
Wkwkwkw..
Puncak Kentheng Songo yg Berkabuuut (Zonk)
Dari puncak Kentheng Songo kami melanjutkan turun
lewat jalur Selo yang berkelok kelok bukitnya. Jalur Selo meskipun terkenal
dengan keindahannya namun jangan dikira jalurnya juga indah loh… karena saat
itu musim hujan, untuk menuruni jalur Selo kami harus prusutan menggunakan
pantat kami agar tidak terjatuh. Jujur pendakian Merbabu adalah pendakian
terkotorku. Penuh lumpur, dan lagi-lagi harus membuang kaus kaki, hehe.
Perjalanan turun lewat Jalur Selo ini cukup lama, bahkan sampe malam hari.
Melewati jalur Selo di malam hari dimana dari tim kami belum ada yang pernah
naik ke gunung ini seakan uji nyali buat setor nyawa. Secara, jaur ini juga
cukup curam menurun bebas. Tekstur bukit bukit yang naik turun memaksa kami
untuk waspada, bahkan kapten tim kami hampir saja jatuh ke jurang,
Alhamdulillah masih bisa selamat. Kondisi malam yang mencekam karena gelap dan
tak tahu medan kita sepanjang perjalanan mata selalu awas melihat jalur dan
mulut teriak teriak untuk saling mengingatkan untuk hati-hati. Hmmm pendakian
Merbabu penuh cerita. Pendakian malam yang seru dan mencekam ini yang membuat
kangen dan ketawa :D
Sampek pos basecamp Selo menunjukkan sudah jam 10
malam. Badan lelah dan kotor banget, sebelum tidur tentu saja aku dan
teman-teman harus bersih badan dulu. Ada yang lucu di sini. Ternyata temen
perjalanku yg satu2nya cewek bareng aku, dia Cuma bawa rok 1 ya yg dia pake
selama pendakian itu. Akhirnya dia minjem sarung ke teman cowok tim. Haha.
Koplak deh pokoknya. Pendakian Merbabu yg Zonk ini tentunya suatu hari akan
memaksaku untuk kembali menyapanya. Merbabu see you again! Salam Tim Tempe!
(waktu itu nama timnya Tim Tempe)
sabana Gunung Merbabu
Tim pendakian Zonk Merbabu 3142 Mdpl:
1.
Ketua
tim: captain Sandi Yudha, lagi-lagi dia.. haha. Partner cowok yg slalu
kucari buat nemenin aku naik gunung, karena dia bisa diandelin. Bakat jadi
kapten tim dan sweaper. Hehe :D
Anggota:
2.
Dwi Rahmi,
cewek ibukota yang juga punya misi mencoret dreamlistnya di Merbabu, dia juga
pake baju ijo yg tas carriernya paling enteng
3.
Ndayu
Mendayu, uda kecoret juga dreamlistnya, 156 coret
4.
Dendi
Angga Kurniawa (Sinchan), cowok beralis tebal yang make sepatu gunung
barunya yg juga pertama kali naik kereta api ya pas ke Merbabu ini haha :D
5.
Ihdam
Fikri (Bidam), cowok keceng yang kali ni tumben pake kaus agak keren warna
ijo padahal kalo mau naik Merbabu gak boleh pake warna ijo, pantangan. Dia partnerku
yang kusuka, hehe karena dia yg bagian motoin aku terus, wkkwkw miss you Bidam!
6.
Tri Yuli,
cowok Malang yg slalu rempong dg bawaan di tas carriernya, bawa kamera DSLR yg
hampir gak kepake di Merbabu ini, buang aja kamera loe Yul! Tak berguna. Poto2
pake hape terus kita!
7.
Kemal Eko,
cowok asli Jepara yang kayaknya baru pertama kali naik gunung, heboh sendiri
waktu turun, teriak teriak minta disorotin jalannya karena headlampnya ilang di
bus (ada2 aja lu men)
8.
Dhika,
cowok asli Medan yg kerja di Bandung yg akhirnya terpaksa bolos di hari senin
kerjanya yg pengen banget gabung rombongan tim ini, haha terimakasih telah
bergabung, karena kehadiranmu membuat jumlah tim kita jadi genap 8 orang, gak
ganjil. Konon mendaki ganjil itu tidak baik. Opo neeeh iki.. gak papa dah,
pokok jangan macam2 di gunung ya? Turuti aja mbaureksone.
Tim Merbabu kali ini ada 8 orang :* |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar